
mikroba dan virus berupa remote mobile UV-C Disinfektan dan lemari UV-C Disinfektan. Kredit: BATAN
Yogyakarta, 20/10/2020- Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) tak ketinggalan dalam sumbangsih riset dan inovasi penanganan Covid-19 di Indonesia. Batan masuk dalam konsorsium bentukan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional lewat perannya dalam pengembangan antiserum dan vaksin Covid-19 dari sisi iradiasi.
Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan menerangkan, iradiasi dilibatkan dalam pembuatan vaksin, yakni untuk fungsi sterilisasi. “Agar vaksin yang dihasilkan dapat terjaga kualitasnya butuh sterilisasi yang dilakukan melalui proses iradiasi tersebut,” kata Anhar seperti dituturkannya 2 Oktober 2020.
Proses iridiasi ini dalam terapannya menggunakan sinar gamma sehingga dikenal dengan iradiasi gamma. Dalam riset vaksin Covid-19, iradiasi gamma bekerja mensterilisasi serum atau plasma konvalesen dan antiserum Immunoglobulin Y (IgY) yang dipakai untuk bahan imunisasi pasien positif Covid-19.
Dengan terjaganya kualitas vaksin itulah, harapannya bisa mempercepat proses penyembuhan pasien yang tengah terpapar virus. “Jadi iradiasi menjadi bagian penting untuk melemahkan virus itu sendiri,” ujar Anhar.
Saat ini, Anhar menambahkan, Batan masih menguji seberapa akurat kebutuhan untuk optimalisasi dosis sinar gamma agar efektif menonaktifkan tanpa mempengaruhi komponen utama (antigen) virus corona Covid-19.
Bukan kali pertama ini Batan menguji teknologi iradiasi gamma untuk sektor kesehatan, khususnya vaksin. Peneliti di lembaga itu pernah mempublikasikan studi pengaruh iradiasi sinar gamma pada pertumbuhan streptococcus agalactiae sebagai bahan vaksin penyakit mastitis pada sapi perah pada 2003.
Adapun kali ini, sumbangsih diberikan bukan sebatas pada pengembangan vaksin. Kepala Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) Batan, Edy Giri Rachman Putra, mengungkapkan tengah mengembangkan ventilator bagi pasien Covid-19 yang dinilai memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan dengan ventilator yang tersedia saat ini.
Salah satu kelebihan ventilator yang dikembangkan Batan adalah menggunakan teknologi di ruang kontrol sehingga satu ventilator bisa digunakan lebih dari satu pasien. “Dengan ventilator seperti ini semakin banyak pasien dengan gejala berat Covid-19 yang bisa terlayani dan tertolong,” ujarnya.
Edy menerangkan, terobosan ventilator berasal dari seorang dosen di STTN Batan bernama Ayu Jati Puspitasari. Proposalnya terpilih sebagai di antara 17 proposal terbaik, mengalahkan 5000 lebih proposal pengembangan teknologi tentang Covid-19 dalam ajang Covid-19 INA IDEAthon yang digelar Kemenristek Mei 2020 lalu.
Proposal Ayu berjudul Sistem Kendali Regulator Oksigen Terintegrasi dengan Teknologi Internet of Things (IoT) untuk Perawatan Pasien Covid-19.
Sumber: TEMPO.CO