
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperediksikan Musim Kemarau 2021 mulai terjadi pada April 2021 di 22,8 persen Zona Musim (ZOM) yaitu beberapa zona musim di Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa. Mengingat peralihan angin muson akan terjadi pada akhir Maret 2021 dan setelah itu muson Australia akan mulai aktif.
Namun kondisi La Nina yang bertahan hingga Mei nanti bukanlah menjadi suatu masalah besar, mengingat La Nina bukanlah sejenis badai tropis. La Nina menurut BMKG merupakan kondisi penyimpangan (anomali) suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya, dan diikuti oleh penguatan aliran angin pasat timur.
La Nina juga dapat mempengaruhi cuaca atau iklim global berupa kondisi lebih basah atau kering, lebih hangat atau dingin, dan dinamika cuaca lainnya yang berbeda di tiap wilayah di dunia. Berbeda dengan badai tropis yang cakupan dampaknya lebih luas. Badai tropis sendiri merupakan fenomena ekstrem gangguan cuaca yang memiliki dampak bersifat regional baik dampak langsung maupun tidak langsung, dan berlangsung dalam beberapa hari.
Badai tropis di laut dapat menyebabkan gelombang tinggi, hujan deras dan angin kencang, mengganggu pelayaran internasional dan berpotensi untuk menenggalamkan kapal. Sedangkan di daratan, angin kencang dapat merusak atau menghancurkan kendaraan, bangunan, jembatan dan benda-benda lain, mengubahnya menjadi puing-puing beterbangan yang mematikan.
ADVERTISEMENT
Walaupun dampak kemungkinan dampak La Nina tidak sebesar badai tropis, bukan berarti dampak La Nina tidak perlu diperhatikan. BMKG menyebut, La Nina juga merupakan fenomena iklim global yang dapat meningkatkan intensitas curah hujan hingga 40 persen. Ancaman banjir, banjir bandang, dan longsor akibat curah hujan ekstrem juga masih mungkin terjadi.
Sumber: tekno.tempo