
batam – Kapal Tugboat, bernama Biwin 3 hilang di lautan, saat perjalanan dari Ketapang, Kalimantan Barat menuju Batam, 1 Desember 2021 lalu.
Kapal milik Sumber Maritim Service ini diawaki oleh enam kru kapal yakni:
- Firman Harga sebagai Nahkoda
- Ilham Syahputra sebagai Mualim 1
- Dide Kurniadi Noor sebagai KKM
- Muhammad Taufik sebagai juru mudi
- Zubair sebagai juru minyak
- Sugiarto sebagai pengawas kapal.
Pemilik Biwin 3, Nur Rahmad, saat dihubungi mengatakan, awalnya kapal tersebut akan berangkat pada tanggal 29 November 2021 setelah mendapat persetujuan berlayar.
“Setelah persiapan selesai, akomodasi diberikan. Kapal ini clearing out di tanggal 29 tujuan Batam. Ke Batam untuk menjemput kapal tongkang,” katanya melalui sambungan telepon dari Jakarta.
Karena cuaca dan kondisi lautan kurang mendukung, maka kapal ini urung berangkat hingga 30 November 2021. Baru setelah itu, di 1 Desember 2021, kapal ini berangkat menuju Batam.
“Laporan akhirnya telah diberikan, nahkoda juga kirim video yang memperlihatkan cuaca bagus. Tapi setelah itu, dia bilang tidak akan bisa dihubungi lagi, karena tidak ada jaringan di tengah laut. Itu komunikasi terakhir dengan kapal tersebut,” ucapnya.
Seharusnya, paling lambat kapal ini sampai di Batam terhitung 5 Desember 2021, namun saat dihubungi, tidak ada respon sama sekali.
“Maka setelah itu, di tanggal 6 Desember 2021, saya lapor ke radio pantai melalui agen kapal di Batam. Tanggal 8 Desember 2021, saya broadcast juga radio pantai di Pontianak dan Tanjungpinang,” jelasnya.
Setelah itu, pada 11 Desember 2021, ia membuat surat resmi permohonan bantuan kepada instansi terkait, seperti KSOP di Kalimantan Barat dan Batam, Basarnas, Koarmada 1 dan Lantamal 1.
“Hari itu, pukul 17.15 WIB, koordinat Biwin 3, terdeteksi lewat Automatic Identification System (AIS) di Perairan Pangkal Pinang, 70 mil dari Pulau Bangka, tapi kondisi jalan dengan kecepatan 3,5 hingga 3,8 knot,” paparnya.
Ia kemudian meminta instansi terkait untuk melakukan penyisiran, tapi hasilnya nihil. Hingga 19 Desember 2021, Basarnas memberhentikan pencarian, karena tidak ada temuan.
“Flashback kembali ke belakang, ada temuan mayat di Bangka tanggal 13 Desember 2021, dekat Pulau Tujuh. Syukurnya bukan kru Biwin 3, karena tidak ada ciri-ciri kru kapal yang saat darurat gunakan life jacket. Apalagi biasanya kru kapal kalau tenggelam, pasti berdampingan, tidak terpisah mayatnya,” ucapnya.
Selain itu, di tanggal 16 dan 17 Desember 2021, ada juga temuan mayat di dekat Pulau Lingga, tapi juga bukan kru Biwin 3.
“Setelah Basarnas hentikan penyisiran, maka yang mereka lakukan yakni penyisiran lewat broadcast para pelaut dan nelayan,” jelasnya.
Karena tidak ada kabar sama sekali, tanggal 27 Desember 2021, Nur membuat laporan Ke Polairud Ketapang Kalbar, kemudian 30 Desember 2021 membuat laporan ke Polairud Batam.
“Tapi, ini hanya menjadi laporan aduan, karena kejadian ini masing-masing tidak di perairan mereka. Sekarang saya coba adukan ke Mabes Polri,” jelasnya.
Menurut Nur, ia tidak yakin kapalnya karam di lautan. Ia yakin kapalnya dirampok oleh perompak.
“Saya yakin kapal ini dirampok. Karena tidak ada indikasi pertolongan ketika terdampar, lagipula alat keselamatannya cukup lengkap,” jelasnya.
“Bisa saja kapal saya ini dipermak, dan kru disandra. Mungkin akan dilepas kalau sudah aman, atau malah dibunuh,” ungkapnya.
Jikalau dirampas, maka ia yakin kejadiannya di sekitar Selat Lingga, yang menurut sepengetahuan ia terkenal rawan.
“Kapal mau ke Batam itu ada dua pilihan, dari laut lepas atau dari Selat Lingga. Kalau dari Selat Lingga terkenal dengan teksasnya, karena pernah ada perampasan di sana,” ungkapnya.
Beberapa kru kapal berasal dari Medan, sehingga Nur sering menerima panggilan telepon dari keluarga kru kapal yang menanyakan kabar baik dari pencarian kapal tersebut.
Sumber : batampos