Penyidik Direktorat Kepolisian Air dan Udara (Polairud) Polda Lampung tengah melakukan penyelidikan terhadap kasus dugaan pencemaran limbah di keramba jaring apung (KJA) milik nelayan di Pesisir Kabupaten Pesawaran dan menyebabkan ribuan ekor ikan dalam KJA nelayan mati.
Kasubdit Ditpolairud Polda Lampung, AKBP Ruzwan Bahri mengatakan terkait kasus dugaan pencemaran KJA nelayan di pesisir Kabupaten Pesawaran sedang dilakukan penyelidikan oleh penyidiknya.
“Terkait hal tersebut sedang kita lakukan penyelidikan,” kata Ruzwan Bahri melalui pesan WhatsApp, Selasa (17/10)
Sebelumya diberitakan ribuan ikan dalam KJA di perairan Desa Sidodadi, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran mendadak mati diduga tercemar limbah.
Dalam video nelayan berdurasi 1.11 detik terdengar suara nelayan yang merekam video menyebutkan bahwa penyebab ikan dalam KJA mati karena air tercemar limbah minyak jenis solar.
“Laut penuh minyak. Ikan pada mati. Itu lihat lautnya penuh minyak. Jadi ikannya pada mati,” kata seorang nelayan yang merekam video dan sembari mengarahkan kamera ke arah KJA yang terlihat sejumlah ikan mati dan air laut juga terlihat mengkilat.
Marso, seorang nelayan yang KJAnya terdampak limbah dan ikan peliharaanya mati akibat limbah jenis minyak solar.
“Iya kejadiannya Jumat (6/10) kemarin. Itu lautnya penuh minyak jadi ikan di KJA pada mati semua,” kata Marso saat dihubungi melalui sambungan WhatsApp, Senin (9/10) pukul 16.37 WIB.
Dia menjelaskan bahwa para nelayan pemilik KJA, telah berupaya mencari sumber pencemaran minyak jenis solar namun belum diketahui keberadaan sumber pencemaran minyak jenis solar yang menyebabkan ikan meteka mati.
“Ada sekitar sepuluh KJA yang kena dampak pencemaran itu dan menyebabkan ikan di KJA pada mati. Kayaknya minyak solar karena saya pegang dan sudah cium baunya, minyak solar,” ujarnya.
Dia nemabahkan jika para nelayan tahu sumber minyak yang mencemari KJA mereka dan menyebabkan ikan yang ada dalam KJA mereka mati maka mereka akan minta ganti rugi sebab kerugian hingga mencapai puluhan juta rupiah.
“Emang sih enggak semua, punya saya ada tujuh ratusan mati. Kalau tahu sumber pencemaran minyaknya kita minta ganti, karena kita rugi puluhan juga,” bebernya.
repost from : www.rmollampung.id