CILEGON – Kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Pelabuhan Kelas I Banten, Resi Arisandi menyebut, kapal motor (KM) Sri Mariana telah berlayar 9 bulan di Samudra Hindia.
Kapal penangkap ikan tuna membawa 36 awak kapal dari Sibolga, Sumatera Utara, sejak Oktober 2023.
“Kronologis singkatnya kapak ini dari samudra Hindia, mereka berangkat dari Sibolga menuju Samudera Hindia selama 9 bulan di sana dari bulan Oktober (2023) sampe bulan Juli (2024),” kata Resi kepada wartawan di kantornya, Senin (5/8/2024).
Namun, pada akhir Juli 2024, ada 6 kru kapal meninggal dunia yang belum diketahui penyebabnya.
Kapal kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Polairud Polda Banten saat berada di sekitar perairan Merak.
“Pasien yang meninggal tidak ada luka luar,” ungkap Resi.
Resi menambahkan, tim sudah mengambil sampel darah kru yang selamat untuk diperiksa di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat Jakarta.
Selain itu, petugas sudah menyemprotkan disinfektan ke seluruh bagian kapal, dan mengambil sampel air serta makanan dari atas kapal untuk diperiksa.
Untuk 14 orang mengalami sakit dengan keluhan nyeri di bagian kaki dan sesak napas, dirawat di Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM) Cilegon.
“Alhamdulillah sudah membaik, sudah ditangani oleh temen-teman di RSKM,” ujar dia.
Sedangkan 16 kru kapal lainnya, lanjut Resi, masih berada di atas kapal yang sandar dekat Mako Polairud Polda Banten untuk menjalani karantina sebelum dibawa ke darat.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Banten Kombes Didi Heriyanto menyebut, pada Minggu (4/8/2024) pukul 00.30 WIB tim patroli mendapatkan informasi 6 nelayan tewas dan satu orang kritis di atas kapal penangkap ikan tuna.
Diketahui, KM Sri Mariana dalam perjalanan dari arah Selatan Banten menuju Teluk Jakarta.
Dengan adanya informasi tersebut, tim langsung bergerak pada pukul 05.30 WIB ke lokasi yang dilaporkan di titik kordinat 05°52’374″ S – 106°58’453″ E.
Kemudian kapal tangkap ikan tersebut disandarkan di KMB Pelangi di perairan Pulorida.
Sumber : KOMPAS.com