Air Laut Pasang, Sat Polair Polres Tabanan dan Balawista Kerahkan Perahu Karet Seberangkan Pemedek ke  Pura Luhur Tanah Lo

TABANAN –  Buda Wage Langkir atau Rabu (7/5/2025) merupakan Puncak Piodalan di Pura Luhur Tanah Lot, Kediri Tabanan. Karena berada ditengah laut, para pemedek wajib memperhatikan jadwal pasang surut air laut kalau  ingin langsung sembahyang di luhur.

Pantauan di lokasi, saat prosesi piodalan sekitar pukul 10.00 Wita, ternyata air laut sedang pasang. Bahkan jalan menuju Pura Luhur Tanah lot, ketinggian air bisa mencapai dua meter.

Untuk memperlancar prosesi puncak Piodalan,  Petugas gabungan dari Satpolair Polres Tabanan dan Balawista Tanah Lot mengerahkan perahu karena untuk menyeberangkan panitia, pemangku,  serati serta  ida sulinggih yang muput  piodalan bolak balik. Hal ini juga sudah dilakukan
sehari sebelumnya saat prosesi melasti.

“Kami sudah siaga sejak pukul 07.00 Wita,” ungkap Kasatpolair Polres Tabanan AKP I Putu Sartika di lokasi.

Bersama 11 personilnya dan 8 personil dari tim  Balawista Tanah Lot, mereka harus berjuang keras menyeberangkan pemedek karena air cukup tinggi dan arusnya deras. Mereka nampak basah kuyup sekujur tumbuh karena harus bolak balik beberapa kali menyeberangkan pemedek, maupun lainnya.

“Hari ini (kemarin), kami mengerahkan 12 personil  karena merupakan puncak piodalan, hari selanjutnya dua personil yang bertugas bersama tim balawista,” jelasnya.

Melihat kondisi gelombang dengan air laut pasang di Pantai Tanah Lot pihaknya menyarankan pemedek yang melakukan persembahyangan untuk lebih berhati-hati. Jika air laut pasang diharapkan melakukan persembahyangan pada area pura yang ada pinggir pantai. Bila perlu pemedek melihat jadwal cuaca soal kondisi air pasang dan surut.

“Ini demi keselamatan agar tidak terjadi hal-hal diluar kendali. Karena apa kami tidak hanya mengawasi pemedek, melainkan juga wisatawan,” pungkasnya.

Ketua Panitia Pujawali, Komang Dedy Sanjaya menjelaskan selama Karya Pujawali yang akan berlangsung 7-10/5 mendatang.  Kondisi air laut diprediksi mengalami pasang dan surut pada waktu-waktu tertentu yang perlu diperhatikan pemedek sebelum menuju pura utama di tengah laut.

“Kami sudah menyusun perkiraan waktu pasang surut berdasarkan data dan pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Ini penting agar pemedek tidak memaksakan diri saat laut sedang pasang. Kalau air pasang tinggi dan tidak memungkinkan menuju pura utama, kami arahkan persembahyangan dilakukan di Penataran Madya Tanah Lot,” ucapnya.

Dia menjelaskan, pada hari pertama atau puncak piodalan, Rabu 7 Mei 2025, air laut surut diperkirakan terjadi pukul 00.00–04.00 dan 12.00–16.00 WITA, sedangkan pasang terjadi pukul 05.00–11.00 dan 17.00–23.00 WITA. Pada Kamis 8 Mei, surut diprediksi pukul 00.00–06.00 dan 13.00–18.00, sementara pasang antara pukul 07.00–12.00 dan 21.00–02.00 dini hari.

Pada Jumat 9 Mei, air surut akan terjadi pukul 03.00–07.00 dan 14.00–18.00, serta pasang pada pukul 08.00–13.00 dan 20.00–01.00 dini hari. Di hari terakhir pujawali, Sabtu 10 Mei 2025, air laut diperkirakan surut antara pukul 02.00–07.00 dan 15.00–21.00, serta pasang pada pukul 08.00–14.00 dan 22.00–01.00 dini hari.

Sementara itu, pantauan di lokasi, suasana piodalan ternyata menjadi daya tarik bagi wisatawan atau pengunjung. Terutama wisatawan asing. Mereka nampak mengabadikan prosesi persembahyang di penataran madya di sela-sela  melihat keindahan pemandangan.

Sumber : Warta Bali

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top