SAMARINDA, 29/3/2021– Peristiwa pemboman di Gereja Katedral Makassar Jalan Kajaolalodo-Botolempangan, Provinsi Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) sekitar pukul 10.35 WITA.
Pemboman terjadi saat pelaksanaan misa Minggu Palma sebagai bagian dari rangkaian pekan suci masa Paska.
Akibat peristiwa tersebut, wilayah lain termasuk Kota Samarinda kini memperketat penjagaannya.
Pengetatan tak hanya pada pintu masuk di beberapa area objek vital, namun hingga perairan yang turut dipantau.
Aparat kepolisian di Kaltim mengkhawatirkan pelaku terduga teroris lainnya yang terkait pemboman di Makassar melarikan diri ke beberapa daerah lain termasuk Kota Tepian.
Sehingga patroli perairan yang menjadi kewenangan Satuan Polisi Air (Satpolair) Polresta Samarinda kini juga ditingkatkan.
Pengetatan dan deteksi dini ancaman terorisme sebetulnya sudah dilakukan jajaran polisi air.
“Patroli (di perairan) ditingkatkan dengan adanya kejadian itu (pemboman di Makassar), semua ditingkatkan,” sebut Kasat Polair Polresta Samarinda, AKP Iwan Pamuji, Senin (29/3/2021) pagi.
Tidak hanya patroli di kawasan perairan, pada setiap apel dan pengarahan, AKP Iwan Pamuji juga selalu mengingatkan para personelnya agar jangan memandang sebelah mata mengenai ancaman terorisme ini.
Mantan personel Brimob Polda Kaltim yang sudah banyak makan asam garam penanganan teror terus mengimbau anggotanya di Polair agar tidak lengah dengan acaman terorisme.
“Ya memang beberapa kali saya beri pengarahan terhadap anggota terus memberikan imbauan. Firasat-firasat itu (aksi terorisme) pasti ada, baik saat apel di Polair atau di Polresta,” ungkapnya.
“Saya sampaikan, anggota jangan understimate terkait dengan terorisme. Karena apapun alasannya mereka mencari kelengahan kita, ternyata benar terjadi di Makassar,” imbuh AKP Iwan Pamuji.
Deteksi dini sudah dilakukan jauh-jauh hari, lanjut AKP Iwan Pamuji, dan dia juga sudah beberapa kali kita terus mengingatkan amggotanya agar terus waspada.
Termasuk Kapolresta Samarinda sebagai pimpinannya, juga sudah mengingatkan.
Menyinggung terkait patroli menggunakan buddy sistem (anggota bersenjata lengkap), dia mengatakan bahwa selama ini sesuai standart operasional prosedur (SOP), hal tersebut telah dilakukan.
Namun kali ini patroli juga akan meningkatkan kewaspadaan kemungkinan adanya terduga pelaku terorisme yang menyamar sebagai nelayan yang masuk dari luar Kaltim ke Samarinda khususnya dari selat Makassar.
“Buddy system dari dulu, patroli dengan senjata pasti dan wajib. Itu sudah SOP serta protapnya. Takutnya menyamar jadi nelayan, kalau di Polair pasti saya inginkan seperti itu,” pungkasnya.
Sumber: TribunKaltim.co